Selanjutnya, beliau bersabda, “Bersedekahlah kalian, baik dengan dinar, dirham, pakaian, gandum, maupun kurma meskipun hanya satu biji.” Tidak lama kemudian, seorang Anshar membawa bungkusan yang hampir tidak muat di genggamannya. Disusul kemudian orang-orang di belakangnya membawa banyak makanan dan pakaian hingga terkumpul sangat banyak dan bertumpuk. Melihat hal itu, wajah Nabi yang sebelumnya merah karena marah pun berubah menjadi berbinar-binar senang dan bahagia (HR Muslim).
Dalam kitab Indama Ghadibar Rasul karya Muhammad Ali Usman Mujahid dijelaskan, kegembiraan Nabi tersebut dilatarbelakangi oleh bersegeranya kaum Muslim memenuhi seruan Allah dan menaati perintah Nabi dengan menafkahkan sebagian harta mereka untuk membantu kebutuhan sesama. Hal ini menggambarkan kasih sayang antarsesama Muslim.
Melukiskan tolong-menolong dalam hal kebajikan dan takwa. Melihat pemandangan semacam itu, beliau pun begitu senang. Dari kisah ini, tergambar jelas bagaimana Islam menyuruh untuk peduli terhadap orang miskin yang membutuhkan. Sampai Nabi pun marah menyaksikan kemiskinan itu dan menyuruh orang-orang untuk peduli dengan memberikan sebagian hartanya untuk diberikan kepada mereka. Nabi adalah tipikal pemimpin yang peduli dan peka dengan kondisi masyarakatnya. Bagi beliau, kemiskinan lahir bukan karena takdir, melainkan karena orang kaya enggan bersedekah. Tanpa menunggu lama, beliau segera bergerak memobilisasi masyarakat untuk bersedekah.
Dalam kesempatan lain, Nabi bahkan mengatakan bahwa tidaklah dikatakan beriman orang yang tidur dalam kondisi kenyang, sementara tetangganya kelaparan (HR Ath-Thabrani). Dengan kata lain, kemiskinan adalah tanggung jawab bersama, dalam program Permata Peduli ini kami ingin bisa membantu masyarakat sekitar yang membutuhkan.